Sleeping Forest

Belajar apa kerja? Kuliah aja apa kerja ya? Semua orang pasti pernah galau karna memikirkan hal tersebut. Di satu sisi ada yang ingin belajar dan memperoleh ilmu tapi tidak memiliki biaya. Di sisi lain ada yang terlalu menikamati pekerjaan dan lupa akan kewajibannya untuk menimba ilmu. Hidup adalah sebuah pilihan bagi kita. Saya ingin menceritakan tentang hal yang saya alami. Saya adalah seorang lulusan SMK dan setiap anak SMK pasti pernah yang namanya magang. Ada yang magang diperusahaan besar ada yang magang di perusahaan kecil. Ada yang magang cuma satu bulan, tiga bulan, enam bulan bahkan saya magang sampe satu tahun lamanya. kehidupan dan pola hidup saya pun sudah sama dengan perkerja tetap di tempat magang saya. Sama jam masuknya, sama jam pulangnya, sama pekerjaannya, yang beda cuma gajinya. yah namanya juga magan. Saat jaman- jaman magang, sempat ada perasaan penasaran dan ingin belajar di tempat magang. Tapi kehidupan sebagai pegawai terlalu monoton dan  kurang berwarna

Saat melihat kakak tingkat yang sibuk sidang skripsi muncul sebuah kegalauan 'ntar skripsiku gimana ya?','kapan aku bisa di wisuda ya?' setelah muncul kegalauan-kegalauan itu. Muncul sebuah kegalauan yang lebih ngenes 'ntar klo udah wisuda aku ngapain ya?' kegalauan semacam ini ternyata di alami semua mahasiswa yang belum wisuda atau yang sedang akan menjalani skripsi. Mulai dari kakak tingkat yang update status dengan hastag #maudibawakeman sambil ngasih link artikel yang bertemakan setelah wisuda, sampai ada kisah nyata kakak tingkat yang lagi galau habis diwisuda karena udah resmi jadi pengangguran. Ada kisah lain kakak tingkat yang belum di wisuda tapi udah mulai bangun usaha. semua kegalauan ini muncul secara beruntun setelah acara wisuda di kampus. Setelah mengalami segala kegalauan dan melihat segala kegalauan dan setelah mengikuti matakuliah kewirausahaan (apa hubungannya coba?). Kita hidup harus ada PLANNING, dari semester satu saya sudah dapat p

Nama ku adalah Putri, Aku tinggal dengan orangtua ku dan adik laki-laki ku. Banyak yang bilang aku lebih mirip dengan laki-laki dari pada perempuan. itu memang benar. Karena dalam lingkungan, saat aku di besarkan aku tumbuh dengan banyak laki-laki di sekitarku. Rumah ku tidak jauh dari rumah nenek ku. Ibuku memiliki 7 saudara, 2 perempuan dan 5 laki-laki. ke 5 paman  ku ini yang secara tidak langsung mengajariku menjadi laki-laki. Mereka adalah orang-orang keren, itu menurut aku. Yang paling tua hobinya adalah marah-marah, suaranya menggelegar dan semua orang pasti pernah kena marah sama orang ini. Yang kedua adalah yang paling normal. Yang ketiga ini meskipun pendiem agak extream, dan paling tertarik sama hewan kerjaannya berburu di hutan. Yang keempat ini yang paling sering berantem ama aku, orannyanya kurus dan mirip rubah, licik, suka menang sendiri, banyak akal bulus. Yang terakhir ini gag bisa di bilang normal soalnya jari tangannya aja gag normal, kerjaannya tuh cuma bikin